Tolong,...jangan wariskan bencana untuk kami,...penerusmu.

Tolong,...jangan wariskan bencana untuk kami,...penerusmu.

Bersyukurlah kita telah terlahir di bumi ini sebagai manusia, makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaanNya yang lain, dan menjadi satu-satunya makhluk yang dipercaya oleh Allah Swt untuk mengelola dan memanfaatkan segala sumberdaya yang ada di muka bumi ini, melebihi kemampuan semua makhluk hidup yang lain.

Namun, apa yang dapat kita lihat sekarang? Apa yang dapat kita saksikan pada bumi ini, yang telah Allah percayakan kepada kita? Kita, sebagai makhluk yang dikaruniai akal dan pikiran untuk dapat membedakan mana yang salah dan mana yang benar, ternyata telah dibutakan keserakahan dan keegoisan yang telah menutup mata hati kita. Seakan terlupa bahwa bumi ini adalah warisan yang kelak akan dimiliki oleh anak cucu kita, seakan terlupa bahwa setelah kita tiada, masih akan ada generasi penerus yang kelak akan menempati bumi ini juga, berbagai macam cara dilakukan untuk mengeruk dan menguras habis segala isi di bumi ini.

Tengoklah...betapa alam tlah semakin gersang sebagai akibat pembabatan hutan yang tak mengenal batasan, dengan berbagai macam alasan yang cukup klise untuk kita dengarkan, inikah kelak yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita?

atau inikah kelak yang akan kita tinggalkan bagi mereka?


ataukah ini yang ingin kita berikan kepada mereka kelak?



Miris rasanya jika melihat kenyataan yang ada, bahwa air, zat yang menjadi kebutuhan pokok kita, ternyata juga telah terkena imbas dari keserakahan kita sebagai manusia. Menyimak dari fakta yang dipaparkan oleh The Earth Institute Columbia University tentang persediaan air di bumi ini yang menyatakan bahwa:
  • Jika diakumulasikan, penggunaan air di India, Cina, dan Amerika Serikat adalah satu pertiga dari jumlah seluruh air di dunia.
  • Lebih dari 90 persen penggunaan air adalah untuk pertanian dan perkebunan. Walaupun begitu, hanya 16 persen lahan yang telah teririgasi dari sekian banyak penggunaan air untuk pertanian.
  • 16 persen lahan yang teririgasi menghasilkan 36 persen bahan makanan.
  • Ekstraksi air tanah meningkat tiga kali lipat hanya dalam waktu lima tahun. Konsumsi air tanah di Cina dan India meningkat sepuluh kali lipat sejak tahun 1950.
  • Penggunaan air tanah yang begitu besar berkontribusi terhadap kenaikan permukaan laut sebanyak 25 persen dalam beberapa tahun terakhir.
  • Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Climate Dynamics, penggunaan air tanah juga mengubah iklim lokal dan mempercepat pemanasan global.
  • Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), pada tahun 2030 hampir setengah populasi manusia yang ada akan kekurangan air.
  • Krisis air akan mengancam kelangsungan pembangkit listrik di dunia. Krisis air yang diakibatkan permintaan yang tinggi akan membuat pembangkit listrik tidak berfungsi.
Terpikirkah oleh kita, bagaimana jadinya kelak nasib anak cucu kita jika alam yang menjadi titipan mereka telah hancur dan rusak oleh keserakahan kita sekarang? Adalah sebuah pemikiran yang salah jika kita menganggap harta dan kekayaan adalah satu-satunya hal terpenting yang dapat kita berikan kepada anak cucu kita, sementara dalam kenyataan yang ada, untuk mendapatkan semua itu, kita telah melakukan penghancuran dan pengrusakan pada bumi, tempat yang akan mereka tinggali kelak!!! Kita, sebagai nenek moyang anak cucu kita kelak, seharusnya bisa menjaga semua itu..agar kelak. bukan jerit dan tangis yang kita dengar dari mereka..ketika harus tinggal dan menempati puing2 sisa keserakahan kita...selamatkan bumi ini demi anak cucu kita kelak!!!! Salam hangat.

All pic from Google and saling berbagi info